Mengapa jawabannya bisa ditebak sebegitu
mudah? Hal ini karena selama ini tradisi membaca Al-Qur’an berikut artinya
memang masih terasa asing dirumah-rumah muslim. Pastinya, tidak ada orang yang
disetiap ba’da magrib membaca Al-Qur’an berikut artinya dengan suara lantang,
atau setidaknya membaca Al-Qur’an dengan lantang yang kemudian membaca artinya
secara perlahan, baik secara bergantian ataupun berurutan. Hal ini masih
dianggap aneh.
Dengan kata lain bias dikatakan bahwa
mendengar bacaan Al-Qur’an dengan model semacam ini pastilah terdengar janggal
ditelinga. Biasanya, pengertian ibadah membaca Al-Qur’an itu baru sebatas
anjuran membaca Al-Qur’an sesering mungkin supaya mendapatkan pahala dan
menentramkan hati yang sedang dirundung masalah.
Padahal, sesungguhnya hakikat dari membaca
Al-Qur’an memang memiliki untaian kata yang indah karena ia disusun dengan
bahasa sastrawi yang tiada tandingnya. Maka hanya dengan mendengarkan saja, hati
seseorang dapat bergetar dan tunduk kepada kesabaran asma-Nya. Yang
membacanyapun bisa mendapatkan ketentraman hati yang luar biasa hebat.
Tapi, sebagai umat Nabi Muhammad SAW yang
diperintahkan untuk ber-iqra’ (mengkaji,
mendalami dan mengembangkan ilmu), tentulah membaca saja jauh dari kata cukup,
tetapi juga membutuhkan pemahaman yang
mendalam tentang makna dan arti firman-firman Allah SWT. Bukankah AL-Qur’an
adalah kitab suci yang mengandung hamparan ilmu? Didalamnya tercakup semua
aspek kehidupan manusia dan segala informasi tentang masa lalu dan masa yang
akan datang. Tiada satupun kajian ilmu yang luput dari penuturan Al-Quran.
Maka untuk memahami isi kandungan ayat-ayat
social-Qur’an yang begitu luas, para ulama berlomba-lomba membuat kitab-kitab
tafsir. Sebut saja sedikit contoh buku tafsir Ibnu Katsir, tafsir fi Dzilail
Quran, dan masih banyak lagi lainnya. Termasuk juga buku tafsir kontemporer
yang ditulis oleh ulama masa kini, seperti tafsir misbah karangan Prof Dr M
Quraish Shihab.
Buku-buku tafsir inilah (disamping buku-buku
penunjang lainnya) yang bias menghantarkan kita kedalam pemahaman ayat-ayat
Al-Qur’an. banyak pula kunci-kunci ilmu yang bias ditemukan dalam Al-Qur’an.
Demikianlah… bila tradisi membaca Al-Qur’an
masih terpaku kepada cara-cara konvensional, maka umat Islamakan selalu
tertinggal sekian langkah dibelakang ilmuwan-ilmuwan Barat yang saat ini sedang
sibuk dalam menerapkan ilmu-ilmu yang mereka punya dalam bentuk
penemuan-penemuan baru dan teknologi masa depan. Lalu, saat penemuan itu
dilansir disebuah media massa, barulah kita berujar, “ah, itu mah sudah tertulis didalam Al-Qur’an……” wallahu’alam bil shawab.
Semoga bermanfaat ^_^
Source :
majalah hidayah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar