Rabu, 13 Juni 2012

MENELAAH TRADISI MEMBACA TERJEMAH AL-QURAN



angket yang dibuat oleh sebuah perpustakaan Islam belum lama ini cukup menghentakkan kelalaian kita sebagai umat Islam. Pernahkah anda membaca khatam terjemahan ayat-ayat suci Al-Qur’an (sebanyak 30 juz?) sebagian besar pengisi angket itu, bisa dipastikan akan menjawab tidak.

Mengapa jawabannya bisa ditebak sebegitu mudah? Hal ini karena selama ini tradisi membaca Al-Qur’an berikut artinya memang masih terasa asing dirumah-rumah muslim. Pastinya, tidak ada orang yang disetiap ba’da magrib membaca Al-Qur’an berikut artinya dengan suara lantang, atau setidaknya membaca Al-Qur’an dengan lantang yang kemudian membaca artinya secara perlahan, baik secara bergantian ataupun berurutan. Hal ini masih dianggap aneh.

Dengan kata lain bias dikatakan bahwa mendengar bacaan Al-Qur’an dengan model semacam ini pastilah terdengar janggal ditelinga. Biasanya, pengertian ibadah membaca Al-Qur’an itu baru sebatas anjuran membaca Al-Qur’an sesering mungkin supaya mendapatkan pahala dan menentramkan hati yang sedang dirundung masalah.

Padahal, sesungguhnya hakikat dari membaca Al-Qur’an memang memiliki untaian kata yang indah karena ia disusun dengan bahasa sastrawi yang tiada tandingnya. Maka hanya dengan mendengarkan saja, hati seseorang dapat bergetar dan tunduk kepada kesabaran asma-Nya. Yang membacanyapun bisa mendapatkan ketentraman hati yang luar biasa hebat.

Tapi, sebagai umat Nabi Muhammad SAW yang diperintahkan untuk ber-iqra’ (mengkaji, mendalami dan mengembangkan ilmu), tentulah membaca saja jauh dari kata cukup, tetapi  juga membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang makna dan arti firman-firman Allah SWT. Bukankah AL-Qur’an adalah kitab suci yang mengandung hamparan ilmu? Didalamnya tercakup semua aspek kehidupan manusia dan segala informasi tentang masa lalu dan masa yang akan datang. Tiada satupun kajian ilmu yang luput dari penuturan Al-Quran.

Maka untuk memahami isi kandungan ayat-ayat social-Qur’an yang begitu luas, para ulama berlomba-lomba membuat kitab-kitab tafsir. Sebut saja sedikit contoh buku tafsir Ibnu Katsir, tafsir fi Dzilail Quran, dan masih banyak lagi lainnya. Termasuk juga buku tafsir kontemporer yang ditulis oleh ulama masa kini, seperti tafsir misbah karangan Prof Dr M Quraish Shihab.

Buku-buku tafsir inilah (disamping buku-buku penunjang lainnya) yang bias menghantarkan kita kedalam pemahaman ayat-ayat Al-Qur’an. banyak pula kunci-kunci ilmu yang bias ditemukan dalam Al-Qur’an.

Demikianlah… bila tradisi membaca Al-Qur’an masih terpaku kepada cara-cara konvensional, maka umat Islamakan selalu tertinggal sekian langkah dibelakang ilmuwan-ilmuwan Barat yang saat ini sedang sibuk dalam menerapkan ilmu-ilmu yang mereka punya dalam bentuk penemuan-penemuan baru dan teknologi masa depan. Lalu, saat penemuan itu dilansir disebuah media massa, barulah kita berujar, “ah, itu mah sudah tertulis didalam Al-Qur’an……” wallahu’alam bil shawab.
Semoga bermanfaat ^_^




Source : majalah hidayah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar