Percaya atau tidak, panjang pendeknya jari tangan, khusunya
telunjuk dengan jari manis punya kaitan erat dengan orientasi seksual
seseorang. Peneliti Marc Breedlove dkk. Dari Universitas California Berkeley
menyatakan, perbandingan panjang relatif antara jari telunjuk dengan jari manis
dapat menunjukkan orientasi seksual seseorang apakah ia tergolong seorang
homoseksual dan lesbian atau bukan.
Hasil penelitian Breedlove menyimpulkan bahwa pada
kebanyakan perempuan normal panjang jari telunjuk hampir sama panjangnya dengan
jari manis. Sementara pada kaum lesbian umumnya jari telunjuknya lebih pendek
dari jari manis. Kebanyakan laki-laki normal yang bukan homoseksual panjang
jari telunjuk adalah sedikit lebih pendek dibanding jari manis, yakni sekitar
5%.
Menurut telaah statistik kesimpulan riset yang didapat angkanya
tergolong meyakinkan, terutama jika diaplikasikan untuk kaum perempuan terhadap
pengamatan pada telapak kanan dibanding atas tangan kiri. Dan angka statistik
untuk kasus lesbian juga jauh lebih meyakinkan dibanding temuan pada pria
homoseksual. Pada kasus pria homoseksual angka statistiknya agak samar untuk
dapat meyakinkanadanya perbedaan antara laki-laki normal dibanding yang homoseksual.
Untuk temuan pada kaum laki-laki pun terungkap dengan lebih agak nyata pada
pengamatan atas jari-jari tangan sebelah kiri kaum pria yang jadi obyek
penelitian.
Breedlove telah meneliti 720 sukarelawan dan surveinya
dilaksanakan di pusat keramaian sekitar Bay Area, Kalifornia. Selain
mengumpulkan data image berupa foto copy telapak tangan kanan dan kiri sukarelawan,
team juga melakukan wawancara mengenai orientasi seksual dan rincian riwayat
keluarga kepada para obyek studi.
Breedlove termasuk ahli yang mempercayai kaitan antara pembentukan
orientasi seksual serta sifat maskulinitas lelaki dan feminitas perempuan pada
saat menjadi dewasa dengan tinggi rendahnya
kandungan hormon - testoteron dan androgen – yang terbentuk pada
pertumbuhan manusia sejak dalam masa kandungan. Berdasarkan temuannya, dia
mengintepretasikan bahwa kasus lesbian terjadi karena janin yang lebih lama
terpapar pada kandungan androgen yang tinggi semasa dalam kandungan. Sedang
perempuan heteroseksual atau yang bukan lesbian tidak mengalami kondisi demikian.
Studi ini sebenarnya selaras dengan beberapa riset
terdahulu yang menunjukkan bahwa kaum wanita yang terkena kasus congenital adrenal
hyperplasia , yaitu gangguan genetika yang menyebabkan timbulnya kadar hormon
androgen yang ekstra tinggi semasa pertumbuhan janin, pada saat dewasa
kebanyakan cenderung lebih tertarik kepada kaum sejenisnya.
Source : satulelaki.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar