Sabtu, 26 Mei 2012

Jari tangan cermin orientasi seks seseorang, homo, lesbian atau bukan


Percaya atau tidak, panjang pendeknya jari tangan, khusunya telunjuk dengan jari manis punya kaitan erat dengan orientasi seksual seseorang. Peneliti Marc Breedlove dkk. Dari Universitas California Berkeley menyatakan, perbandingan panjang relatif antara jari telunjuk dengan jari manis dapat menunjukkan orientasi seksual seseorang apakah ia tergolong seorang homoseksual dan lesbian atau bukan.

Hasil penelitian Breedlove menyimpulkan bahwa pada kebanyakan perempuan normal panjang jari telunjuk hampir sama panjangnya dengan jari manis. Sementara pada kaum lesbian umumnya jari telunjuknya lebih pendek dari jari manis. Kebanyakan laki-laki normal yang bukan homoseksual panjang jari telunjuk adalah sedikit lebih pendek dibanding jari manis, yakni sekitar 5%.

Menurut telaah statistik kesimpulan riset yang didapat angkanya tergolong meyakinkan, terutama jika diaplikasikan untuk kaum perempuan terhadap pengamatan pada telapak kanan dibanding atas tangan kiri. Dan angka statistik untuk kasus lesbian juga jauh lebih meyakinkan dibanding temuan pada pria homoseksual. Pada kasus pria homoseksual angka statistiknya agak samar untuk dapat meyakinkanadanya perbedaan antara laki-laki normal dibanding yang homoseksual. Untuk temuan pada kaum laki-laki pun terungkap dengan lebih agak nyata pada pengamatan atas jari-jari tangan sebelah kiri kaum pria yang jadi obyek penelitian.

Breedlove telah meneliti 720 sukarelawan dan surveinya dilaksanakan di pusat keramaian sekitar Bay Area, Kalifornia. Selain mengumpulkan data image berupa foto copy telapak tangan kanan dan kiri sukarelawan, team juga melakukan wawancara mengenai orientasi seksual dan rincian riwayat keluarga kepada para obyek studi.

Breedlove termasuk ahli yang mempercayai kaitan antara pembentukan orientasi seksual serta sifat maskulinitas lelaki dan feminitas perempuan pada saat menjadi dewasa dengan tinggi  rendahnya kandungan hormon - testoteron dan androgen – yang terbentuk pada pertumbuhan manusia sejak dalam masa kandungan. Berdasarkan temuannya, dia mengintepretasikan bahwa kasus lesbian terjadi karena janin yang lebih lama terpapar pada kandungan androgen yang tinggi semasa dalam kandungan. Sedang perempuan heteroseksual atau yang bukan lesbian tidak mengalami kondisi demikian.

Studi ini sebenarnya selaras dengan beberapa riset terdahulu yang menunjukkan bahwa kaum wanita yang terkena kasus congenital adrenal hyperplasia , yaitu gangguan genetika yang menyebabkan timbulnya kadar hormon androgen yang ekstra tinggi semasa pertumbuhan janin, pada saat dewasa kebanyakan cenderung lebih tertarik kepada kaum sejenisnya.






Source : satulelaki.com










Tidak ada komentar:

Posting Komentar